Belajar Bahasa Bali bagian II

  

   Perkembangan bahasa Bali saat ini dapat dikatakan berkurang jika dilihat dari pembelajaran disekolah-sekolah. Bahkan para siswa khususnya asli Bali kini semakin jarang mempelajari bahasa Bali. Mereka lebih suka mempelajari bahasa asing. 
    Pulau Bali yang terkenal  karena adat, tradisi, budaya bahkan bahasa dan karya sastranya, justru pemuda Bali kini enggan mempelajari keunikkan khas bahasa ibu-nya sendiri.
Perlu berbagai cara agar tetap melestarikannya. Salah satunya dengan membahas satu-persatu materi pembelajaran bahasa Bali, kemudian menuliskannya dalam bentuk 'online'.






 Sebelumnya telah dibahas penggolongan kata dasar menurut jenis dan penggunaanya. Kali ini penulis akan membahas bagian kata atau Kruna Mangkep (kata majemuk).

Pengertian
    Kata ini sedikit berbeda dengan Kruna Dwi Bina Lingga, perbedaanya terletak dari kumpulan katanya. Kruna Dwi Bina Lingga terdiri dari dua kata yang masing-masing kata-nya tidak ada ikatan/hubungan.
    Kruna Mangkep yaitu kata dasar yang terdiri dari dua kata yang disatukan, namun kata pertama dan kedua masih memiliki satu ikatan/hubungan. Kruna Mangkep terdiri dari ;

a. Kruna Mangkep Sapaut (kata majemuk sepadan/setara)
contoh :
-meme bapa (ayah ibu) = rerama (orang tua)
-nyama braya (sanak keluarga) = pakadangan (warga/kerabat)
-tegal carik (kebun sawah) =cecatu (harta warisan), dll.

b. Kruna Mangkep Nungkalik (kata berlawanan)
contoh :
-cerik kelih (kecil besar)
-tua bajang (tua muda
-kangin kauh (timur barat), dll.

c. Kruna Mangkep Kahanan (kata mengeraskan arti)
contoh :
-putih nyentak     -tegeh ngalik
-gede gangsuh     -peteng dedet
-selem denges     -tiwas nektek
-pelung dukut      -sugih gerot, dll.


Istilah-istilah kata/kruna dalam bahasa Bali
Kruna Lingga dapat digolongkan keberbagai jenis. Dalam bahasa Bali jenis kata itu dinamai dengan istilah-istilah yang unik, yaitu :

1. Kruna Pateket (kata sandang)
kata ini memiliki fungsi :
-berfungsi sebagai bagian dari kalimat
-mempertegas/memperjelas kata benda
Kruna Pateket terdiri dari satu sampai dua suku kata
contoh :
Kruna Pateket 'i' ( I )
- I Putu            - i meme (siibu)
- I Komang      - i bapa (sibapa)
- I Made          - i pekak (sikakek), dll.
-huruf kapital dipergunakan saat menulis nama seseorang.

Kruna Pateket 'Ni'
kata sandang 'Ni' hanya dipergunakan untuk menyebut nama wanita.
-Ni Wayan
-Ni Made
-Ni Luh, dll.

Kruna Pateket 'Dang'
kata ini dipergunakan untuk menyebut seseorang yang dimuliakan/dianggap suci.
-Dang Guru (guru)
-Dang Acarya (mahaguru), dll.

Kruna Pateket 'Hyang'
kata ini dipergunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak tampak (niskala).
-Hyang Kawi (sang pencipta)
-Hyang Wisnu (dewa Wisnu), dll.

Kruna Pateket 'Dang Hyang'
kata ini dipergunakan untuk menyebut seseorang yang dianggap suci namun telah wafat (niskala).
Dang Hyang Niratha (salah satu mahaguru yang berjasa di Bali)
Dang Hyang Drona (tokoh mahaguru dalam kitab Mahabharata)
Dang Hyang Kepakisan (raja Bali setelah ditaklukkan oleh kerajaan Majapahit), dll.

Kruna Pateket 'Sang'
kata ini dipergunakan untuk menyebut seorang penguasa/orang ningrat.
Sang Prabu (sang raja)
Sang Bima (tokoh Pandawa dalam Mahabharata), dll.

Kruna Pateket 'Sang Hyang'
kata ini dipergunakan untuk menyebut sang pencipta/Tuhan
-Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).

2. Kruna Aran (kata benda)
Kruna Aran/kata benda adalah kata yang bermakna atau memiliki arti sesuatu yang nyata/berwujud/benda. Seperti contoh:
-Manusa (manusia)
-Beburon (hewan)
-Taru (tumbuhan), dll.

3. Kruna Kria (kata kerja)
Kruna Kria atau kata kerja dapat dibedakan menjadi:
a. Kruna Tetiron (kata kerja berimbuhan)
conto :
-madaging (berisi)
-jemak (ambil)
-jait (jarit)
b. Kruna Polah (kata bersengau) kata ini hanya memili pangater/awalan 'Ny, M, N, Ng'.
conto:
-Nyemak (mengambil)
-Nyait (menjarit)
-Nglantur (berlanjut)
-Ngrauhang (mendatangkan)
-Menek (naik)
-Metek (menghitung)
-Nulis (menulis)
-Nandur (menanam)
Kruna Kria melahirkan dua jenis Lengkara/kalimat, yaitu :
a. Lengkara Lumaksana (kalimat aktif)
ciri kalimat ini adalah adanya Selselan/Sisipan 'um' dalam kata kerja-nya
contoh:
-Ida Sang Prabu tumedum, ngaksi musuhe benyah. (Sang raja datang melihat musuhnya hancur).
b. Lengkara Linaksana (kalimat pasif)
ciri kalimat ini adalah adanya Selselan/Sisipan 'in' dalam kata kerja-nya
contoh:
-Sane inucap, mawasta Cakepan Nitisastra. (yang diucapkan bernama kitab Nitisastra).
Jika dilihat dari fungsinya, Kruna Kria dapat dipergunakan sebagai :
- Sebagai penunjuk pekerjaan/melakukan aktifitas.
contoh : Magending (bernyanyi), Malaib (berlari), dll.
-Sebagai Kruna Pituduh/kata suruh.
contoh : Jemak ento! (ambil itu!), Cingak ento! (lihat itu)


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar