Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang digunakan orang-orang Bali dalam berkomunikasi baik secara formal maupun nonformal. Tidak hanya digunakan komunikasi, bahasa Bali saat ini masih dipergunakan dalam menulis karya sastra seperti cerpen, novel, puisi, lagu dan sebagainya.
Ada beberapa tingkatan bahasa Bali jika dilihat dari segi penggunaan. Sebelum mempelajari bahasanya, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu beberapa jenis kata dan fungsinya.
Pengertian
Kata dalam bahasa Bali disebut 'Kruna'. Kruna ada beberapa jenis jika dilihat dari bentuknya dan fungsinya, yakni ;
1. Kruna Lingga : yaitu kata dasar (belum mendapat imbuhan). Dalam bahasa Bali imbuhan terdiri dari
a. Pengater (awalan) terletak di awal kata ; me-, ke-, di-, se-, dll.
b. Selselan (sisipan) terletak di tengah kata ; -in-, -um-, -el-, -er-.
c. Pangiring (akhiran) terletak di belakang kata ; -ne, -ang, -in, dll.
contoh Kruna Lingga : Cingak (lihat), Pireng (dengar), Kecos (lompat), Penek (naik) dll.
2. Kruna Tetiron : bisa juga disebut Kruna Tiron. Yaitu kata yang sudah mendapat imbuhan.
contoh : Cingakin (lihatlah), Pirengang (dengarlah), Makecos (melompat), Penekang (naikkan).
3. Kruna Polah : sama halnya dengan Kruna Tetiron, namun Kruna Polah hanya memiliki empat Pangater
atau awalan yaitu (Ny, M, N, Ng) keempat awalan itu sering disebut Anusuara. Kruna Polah dapat
disebut juga kata kerja.
contoh : awalan Ny ---- Sampat = Nyampat : menyapu
---- Jait = Nyait : menjarit
awalan M ---- Pancing = Mancing : memancing
---- Paling = Maling : mencuri
awalan N ---- Tulis = Nulis : menulis
---- Tandur = Nandur : menanam
awalan Ng ---- Rereh = Ngrereh : mencari
---- Rauh = Ngrauh : Mendatangkan
---- Lantur = Nglantur : Berlanjut
4. Kruna Dwi Lingga : adalah kata ulang. Kruna Dwi Lingga dapat dibedakan menjadi enam jenis menurut
bentuknya, yakni ;
a. Kruna Sama Lingga : Kata dasar yang diulang dan belum mendapat imbuhan.
contoh : Cenik-cenik (kecil-kecil), Sisya-sisya (siswa-siswa), Jegeg-jegeg (cantik-cantik) dll.
b. Kruna Dwi Maya Lingga : Kata dasar yang memiliki arti jika diulang. Kata ini tidak memili arti jika
diucapkan sekali.
contoh : Omang-omang (sejenis siput laut), Kupu-kupu (kupu-kupu), Pici-pici (sejenis siput darat),
Ali-ali (cincin), dll
c. Kruna Dwi Samatra Lingga : Kata berulang namun bentuknya tidak sama, perbedaanya terletak
dihuruf vokal.
contoh : Kecas-kecos (berlompat-lompatan), Tolah-tolih ( melihat), Sledat-sledet (melirik), dll.
d. Kruna Dwi Purwa Lingga : Jenis ini bukan kata-nya yang diulang, namun suku kata depan yang
mendapat pengulangan.
contoh : Sari ---- Sesari = Sesajen berupa uang
Tandur ---- Tetandur = Tanaman
Sampun ---- Sesampun = sesudah
Rama ----- Rerama = orang tua, dll.
e. Kruna Dwi Wesana Lingga : pengulangan terjadi di suku kata akhir. Namun kata ini diikat
dengan imbuhan ''Pake''.
contoh : Kecos ------ Pakecoscos = lompat-lompat
Ketel ------- Paketeltel = menetes, dll.
f. Kruna Dwi Bina Lingga : Jenis ini tergolong beda, kata ini tidak mendapat pengulangan. Kruna Dwi
Bina Lingga adalah kumpulan dua kata yang masing-masing memiliki arti, kedua kata ini
dijadikan satu kemudian memiliki makna baru.
contoh : Biyu (pisang) + Kayu (kayu) = Biyu kayu (jenis pisang di Bali)
Pandan (pandan + Arum (wangi) = Pandanarum (jenis dedaunan pandan di Bali)
Kacang (kacang + Lindung (belut) = Kacang lindung (kacang panjang), dll.
Demikianlah pembahasan jenis kata dasar atau Kruna Lingga. Semoga bermanfaat!
facebook : Ade Verawan